Mengamankan Arus Mudik: Bukti Kesigapan Polda Sumut Melayani Rakyat

Oleh: Prof. Dr. Ibrahim Gultom
Mudik Lebaran merupakan fenomena sosial tahunan yang melibatkan pergerakan jutaan manusia ke kampung halaman. Di tengah euforia dan semangat bertemu keluarga, terdapat risiko besar terkait keselamatan di perjalanan. Karena itu, kehadiran negara, khususnya melalui institusi kepolisian, menjadi sangat vital dalam mengawal perjalanan masyarakat.
Dalam konteks ini, Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara memperlihatkan komitmen kuatnya dengan memperkuat pengamanan di ruas jalan rawan bencana. Langkah ini merupakan manifestasi nyata dari semangat pelayanan publik yang berbasis antisipasi dan pencegahan.
Pelaksanaan Tugas Kepala Bidang Humas Polda Sumut Kombes Pol Yudhi Surya Markus Pinem menjelaskan, dari rapat koordinasi lintas sektor, telah dihasilkan kesiapan penuh dari berbagai instansi untuk menjamin rasa aman dan nyaman para pemudik. Ini menunjukkan koordinasi lintas sektor berjalan efektif.
Dalam antropologi birokrasi, sinergi antarinstansi seperti ini menunjukkan pergeseran paradigma pelayanan dari model sektoral menjadi model holistik, yang menempatkan keselamatan rakyat sebagai tujuan utama.
Polda Sumut tidak hanya mengerahkan ribuan personel, tetapi juga mengatur strategi pengamanan yang berbasis lokasi rawan bencana. Jalanan seperti Medan-Berastagi, kawasan Desa Sembahe, Sidebu-debu di Karo, jalur Tapanuli Utara, dan Labuhanbatu mendapatkan perhatian ekstra.
Langkah penyediaan alat berat di lokasi-lokasi rawan bencana menunjukkan pendekatan responsif terhadap potensi darurat. Ini sejalan dengan prinsip “disaster risk reduction” yang menekankan kesiapan logistik dan teknis sebelum bencana terjadi.
Pos pengamanan dan pos terpadu didirikan di berbagai titik strategis. Dengan keberadaan ini, kepolisian tidak hanya bertugas dalam kapasitas represif, melainkan juga preventif dan promotif, menjaga arus mudik agar tetap aman dan lancar.
Dari sudut pandang budaya mudik, kita memahami bahwa perjalanan mudik bukan hanya soal mobilitas fisik, tetapi juga peristiwa emosional yang sarat makna sosial. Menjamin keselamatan pemudik berarti menjaga kesinambungan ikatan sosial dalam keluarga dan komunitas.
Imbauan kepada pemudik untuk mematuhi rambu lalu lintas, menjaga kondisi fisik, dan beristirahat di pos pelayanan memperlihatkan pendekatan humanistik polisi. Mereka tidak hanya mengatur, tetapi juga mengedukasi masyarakat.
Jumlah personel yang dikerahkan, yakni 12.104 orang dari Polda dan instansi terkait, adalah angka yang sangat signifikan. Ini menandakan bahwa negara benar-benar memobilisasi seluruh potensi untuk mendukung masyarakat dalam menjalani ritual mudik ini.
Dalam pendekatan antropologi politik, kesigapan negara dalam merespons kebutuhan warganya, terutama dalam momentum budaya besar seperti Lebaran, memperkuat legitimasi dan meningkatkan rasa percaya rakyat terhadap institusi negara.
Penting dicatat bahwa pengamanan arus mudik tidak hanya soal mengatur lalu lintas, tetapi juga mengelola risiko bencana alam seperti longsor dan banjir. Ini menuntut kemampuan adaptasi yang tinggi dari personel di lapangan.
Dengan personel yang siaga penuh, alat berat yang tersedia, dan jalur-jalur yang dipantau ketat, Polda Sumut membuktikan diri sebagai institusi modern yang mampu mengintegrasikan tugas-tugas keamanan dengan tugas-tugas kemanusiaan.
Dampak dari keberhasilan ini sangat besar. Pemudik yang merasa aman akan lebih tenang selama perjalanan, mengurangi risiko kecelakaan, dan memperlancar aktivitas sosial ekonomi di berbagai daerah tujuan mudik.
Secara sosiologis, keberhasilan pengamanan arus mudik juga memperkuat kohesi sosial, karena memungkinkan warga merayakan Lebaran bersama keluarga dalam suasana aman dan tenteram.
Kehadiran polisi di jalanan bukan sekadar wujud kekuasaan, tetapi simbol pengayoman yang berakar pada nilai-nilai Pancasila: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Polda Sumut berhasil menunjukkan bahwa pelayanan prima kepada masyarakat bukan hanya slogan, tetapi komitmen nyata yang diwujudkan dalam tindakan-tindakan konkret, terencana, dan berorientasi pada keselamatan warga.
Sebagai penutup, langkah-langkah Polda Sumut dalam mengamankan arus mudik 2025 patut dijadikan model bagi daerah lain. Dengan kerja keras, kolaborasi lintas sektor, dan pendekatan yang humanis, Polda Sumut telah membuktikan diri sebagai pilar penting dalam menjaga keutuhan dan keselamatan sosial bangsa.