Opini

Peran Kehumasan Personil Polri  Dalam Membangun  citra Positif  Institusi

Dalam kehumasan,, aktifitas dalam membangun dan mempertahankan citra positif lembaga tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab humas semata. Humas sebagai instrumen organisasi yang berperan membangun citra positif membutuhkan dukungan dan partisipasi seluruh unsur dan individu di tubuh organisasi.

Secara kelembagaan Humas memiliki tugas dan tanggungjawab penuh atas citra positif, namun secara teknis, setiap individu di tubuh organisasi juga dituntut untuk bisa memgambil peran menciptakan citra positif dan membangun kepercayaan publik terhadap lembaga.

Kesadaran bahwa setiap individu dalam lembaga sebagai cermin organisasi penting.
Dalam banyak kasus, tindakan salah yang dilakukan individu di tubuh organisasi ikut membawa dampak negatif bagi lembaga..

Oknum personil Polri yang melakukan kesalahan, tapi yang kemudian banyak disorot adalah lembaganya. Hal ini tidak terlepas karena setiap personil Polri ikut membawa simbol lembaga. Simbol berupa pakaian dinas dengan segala atribut yang dikenakan memiliki makna yang mencerminkan keberadaan lembaga. Apa yang dilakukan seorang personil.Polri bisa diinterprestasikan dan dipersepsikan sebagai wajah lembaga.

Untuk itu dibutuhkan kesadaran dan pemahaman setiap personil Polri menjaga prilaku dalam aktifitas baik saat menjalankan tugas maupun di keseharian.

Apalagi ketika memgenakan pakaian dinas dan simbol- simbol institusi. Pakaian dinas yang dikenakan menunjukan keberadaan institusi sehingga perbuatan yang dilakukan bisa dianggap sebagai cermin bagi lembaga.

Kondisi sekarang ini perlu menjadi perhatian karena segala tindak tanduk kita saat ini sesungguhnya tidak terlepas dari sorotan publik. Teknologi komunikasi yang dilengkapi dengan berbagai fifur kamera membuat setiap orang memungkinkan mendokumentasikan momen yang dinilai menarik sebagai konten.

Kamera publik ada dimana- mana sehingga setiap tindakan kesalahan bisa berpotensi viral.
Tindakan kecil yang mungkin tanpa sengaja dilakukan bisa memicu efek yang tidak terduga ketika ditangkap lensa kamera publik.

Maaalahnya terkadang publik tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang apa yang dilihatnya. Konten yang dupload dianggap seolah-olah sebagai realitas yang sesungguhnya. Apa yang ditampilkan dan dipublikasikan dimaknai secara tekstual.

Padahal peristiwa yang ditampilkan di kamera dan diubah menjadi konten bisa jadi hanya potongan kecil dari kejadian yang sesungguhnya. Realitas yang dihadirkan dalam konten bisa jadi sudah melalui proses editing dengan potongan gambar yang disusun sedemikian rupa agar kelihatan lebih menarik. Dalam penyusunan atau konstrruksi makna bisa jadi ada fakta yang dihilangkan atau ada fakta yang dibesarkan.

Bisa jadi tindakan yang tidak sengaja atau bahkan mungkin di luar kesadaran bisa menjadikan konten viral. Maka penting untuk menjaga prilaku dan menumbuhkan kesadaran setiap individu di institusi Polri sebagai humas karena mata kamera ada di mana-mana.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button