Tak Berkategori

Peran Kepolisian dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat melalui Pasar Murah: Perspektif Antropologi

Menurut Prof. Dr. Ibrahim Gultom, pakar antropologi dari Universitas Negeri Medan, pasar murah yang diselenggarakan oleh Polda Sumut bekerja sama dengan PT Pertamina Patra Niaga adalah sebuah langkah yang sangat tepat dalam menghadapi dinamika sosial-politik di masyarakat, khususnya menjelang Pilkada 2024. Pasar murah ini bukan hanya sekedar kegiatan ekonomi, tetapi juga strategi sosial untuk meredakan ketegangan dan menjaga stabilitas sosial di tengah masyarakat.

Prof. Ibrahim mengungkapkan bahwa dalam konteks antropologi, pasar murah dapat dipandang sebagai salah satu cara untuk mengatasi ketimpangan sosial yang sering kali menjadi sumber ketegangan dalam masyarakat. “Ketimpangan ekonomi, seperti naiknya harga bahan pokok, dapat meningkatkan ketidakpuasan masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan seperti pasar murah ini sangat relevan untuk menanggulangi masalah sosial yang lebih luas,” kata Prof. Ibrahim.

Dari sudut pandang budaya, pasar murah juga dapat dilihat sebagai bentuk kepedulian sosial yang mencerminkan solidaritas antar berbagai elemen masyarakat. “Dalam banyak budaya, gotong-royong dan saling membantu merupakan nilai-nilai yang sangat dihargai. Dengan adanya pasar murah ini, masyarakat merasa lebih dihargai dan diperhatikan, yang tentu saja berdampak positif terhadap stabilitas sosial,” lanjutnya.

Prof. Ibrahim juga mencatat bahwa tindakan kepolisian yang terlibat langsung dalam kegiatan sosial seperti pasar murah ini sangat penting untuk membangun kepercayaan masyarakat. “Polisi sering kali dipandang sebagai lembaga yang hanya bertugas menegakkan hukum. Namun, melalui kegiatan seperti ini, mereka menunjukkan bahwa mereka juga peduli terhadap kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Sebagai contoh, program ini memberikan pengaruh yang signifikan dalam menciptakan suasana kondusif selama tahapan Pilkada. Prof. Ibrahim berpendapat bahwa kegiatan sosial seperti pasar murah dapat menjadi semacam “cooling system” yang membantu meredakan ketegangan politik. “Ketika masyarakat merasa terbantu dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka, mereka akan cenderung lebih tenang dan tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu politik yang bisa memecah belah,” tambahnya.

Pasar murah yang diselenggarakan dengan bekerja sama dengan PT Pertamina Patra Niaga juga menunjukkan pentingnya sinergi antara sektor publik dan swasta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Prof. Ibrahim, ini adalah contoh bagaimana kerja sama ini dapat memperkuat peran pemerintah dan lembaga sosial dalam meringankan beban masyarakat. “Sinergi seperti ini tidak hanya membantu masyarakat secara langsung, tetapi juga memperlihatkan solidaritas antara berbagai pihak dalam menghadapi masalah sosial,” jelasnya.

Namun, Prof. Ibrahim juga mengingatkan bahwa pasar murah bukanlah solusi permanen terhadap masalah sosial-ekonomi. “Meskipun pasar murah dapat membantu meringankan beban masyarakat dalam jangka pendek, masalah harga bahan pokok yang terus meningkat memerlukan solusi yang lebih komprehensif. Program-program jangka panjang, seperti perbaikan sistem distribusi dan pemberdayaan ekonomi lokal, juga sangat penting,” tambahnya.

Menurutnya, pasar murah yang bersifat sementara ini hanya efektif jika dijalankan dengan konsistensi dan diimbangi dengan langkah-langkah struktural yang lebih luas. “Kepolisian perlu bekerja sama dengan pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait lainnya untuk menciptakan program jangka panjang yang dapat memberikan dampak yang lebih besar bagi masyarakat,” ujar Prof. Ibrahim.

Prof. Ibrahim juga menyoroti bahwa kegiatan seperti pasar murah seharusnya tidak hanya dilakukan saat ada situasi tertentu seperti Pilkada. “Agar lebih berdampak, pasar murah dan kegiatan sosial lainnya harus menjadi bagian dari program berkelanjutan yang mendukung kesejahteraan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, terutama di daerah-daerah yang rawan ketimpangan ekonomi,” lanjutnya.

Dari perspektif antropologi budaya, Prof. Ibrahim juga mencatat pentingnya pendekatan yang sensitif terhadap kebutuhan masyarakat lokal. “Setiap daerah memiliki dinamika sosial yang berbeda-beda. Oleh karena itu, program pasar murah perlu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat. Dengan memahami karakteristik budaya lokal, program ini akan lebih diterima dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” katanya.

Selain itu, program pasar murah yang melibatkan banyak pihak seperti Polda Sumut, Pertamina, dan masyarakat setempat dapat memperkuat rasa kebersamaan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial. “Ketika masyarakat terlibat dalam kegiatan sosial seperti ini, mereka tidak hanya merasa terbantu tetapi juga merasa menjadi bagian dari solusi terhadap masalah yang mereka hadapi,” ungkap Prof. Ibrahim.

Prof. Ibrahim juga menggarisbawahi pentingnya aspek transparansi dalam penyelenggaraan pasar murah. “Transparansi dalam distribusi kupon sembako dan pembagian paket sembako harus dijaga agar tidak terjadi ketimpangan dalam penerimaannya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kegiatan ini benar-benar tepat sasaran dan memberikan manfaat maksimal bagi mereka yang membutuhkan,” tambahnya.

Sementara itu, dalam perspektif antropologi politik, Prof. Ibrahim berpendapat bahwa kegiatan pasar murah ini juga dapat dilihat sebagai upaya untuk menciptakan suasana politik yang lebih sehat. “Dalam masa-masa menjelang Pilkada, masyarakat sering kali dibanjiri dengan isu-isu politik yang memicu polarisasi. Program sosial seperti pasar murah ini membantu menciptakan ruang bagi masyarakat untuk fokus pada isu-isu yang lebih mendasar, seperti kesejahteraan ekonomi, ketimbang terpecah oleh perbedaan politik,” katanya.

Lebih lanjut, Prof. Ibrahim menyarankan agar kepolisian terus berinovasi dalam melaksanakan program sosial yang dapat membantu masyarakat. “Selain pasar murah, polisi juga bisa melaksanakan kegiatan sosial lain, seperti pelatihan keterampilan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat atau program edukasi tentang pentingnya menjaga kedamaian dalam pemilu,” ujarnya.

Prof. Ibrahim juga menilai bahwa keberhasilan pasar murah ini tidak hanya dilihat dari banyaknya paket sembako yang dibagikan, tetapi juga dari dampak jangka panjang yang dapat dihasilkan. “Jika kegiatan ini dapat membantu menurunkan ketegangan sosial dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa pasar murah ini telah berhasil mencapai tujuannya,” tegasnya.

Sebagai penutup, Prof. Ibrahim menegaskan bahwa pasar murah adalah contoh bagus tentang bagaimana pendekatan sosial yang melibatkan berbagai pihak dapat menghasilkan dampak yang positif. “Dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan berbasis pada nilai-nilai sosial yang kuat, program pasar murah ini dapat memperkuat ikatan sosial di masyarakat dan mendukung terciptanya masyarakat yang lebih harmonis,” ujarnya.

Menurutnya, melalui kegiatan seperti pasar murah, polisi tidak hanya melaksanakan tugasnya dalam menjaga ketertiban umum, tetapi juga memainkan peran sebagai agen perubahan sosial yang membantu masyarakat dalam menghadapi tantangan ekonomi dan politik. “Kegiatan seperti ini mengajarkan kita bahwa pendekatan yang holistik, mengutamakan kesejahteraan sosial dan politik yang adil, akan membawa perubahan yang lebih berarti bagi masyarakat,” pungkas Prof. Ibrahim.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button