Polisi Baik di Era Media Sosial

Oleh Dr Ribut Priadi
Bagi masyarakat di Sumatera Utara, Nama Aiptu Amril Andy Bhabinkamtibmas Polsek Medan Labuhan boleh jadi terdengar asing. Apa yang dilakukan juga mungkin sudah dilupakan. Tapi bagi anak keluarga pemulung putus sekolah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan sosok Aiptu Amril tetap dikenang.
Bagi masyarakat di TPA Terjun , Aiptu Amril bukan sekadar polisi biasa. Sosoknya juga dikenal sebagai guru yang melakukan pengabdian kepada anak-anak pemulung untuk bisa belajar bersamanya. Setelah itu, kini anak-anak bisa melanjutkan pendidikan. Sebab mereka kembali mendapatkan ijazah pendidikan melalui program paket A, B dan C.
Aiptu Amril adalah satu dari banyak personil Polri yang mengabdi melebihi beban tugas yang diembannya. Dia hanya satu dari sekian banyak personil polisi yang mengabdi disela tugas pokoknya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Nama mereka boleh jadi kurang terdengar karena banyak bekerja dalam diam. Mereka adalah ang-oaring yang biasanya tidak silau dengan kilatan cahaya kamera dan komen-komen di media sosial.
Dalam peluncuran Buku ‘Polisi Baik’ yang disusun Kakorbinmas Baharkam Polri, Irjen Pol Edy Murbowo terdapat banyak cerita inspiratif tentang personil Polri yang bekerja melebihi tugas dan tanggungjawabnya.
Terdapat lebih dari 80 cerita yang disajikan dalam buku itu. Buku ini mengangkat sisi humanis polisi di berbagai penjuru Tanah Air.
Mengutip Irjen Pol Edy Murbowo dalam acara peluncuran buku,”Polisi Baik” disebutkan, menjadi polisi bukan hanya sekedar profesi, melainkan amanah moral yang diawasi publik, media sosial, dan Tuhan. Ia berharap buku ini bisa menjadi inspirasi dan bukti nyata bahwa integritas dan integritas serta pengabdian sejati selalu hadir di tengah masyarakat meski seringkali tanpa sorotan publik.
“Para anggota-anggota di lapangan di bab itu mereka berlandaskan rasa ikhlas sehingga dia enggak mau itu mengurangi rasa ikhlas dia sehingga mereka bekerja dalam diam,” ujar Edy tentang buku yang ditulisnya.
Kisah-kisah tentang “Polisi Baik” mengingatkan kita pada esensi polisi yang dijelaskan dalam banyak literatur tentang profesi penegak hukum: polisi bukan sekadar aparat negara, tetapi juga pelayan masyarakat.
Kehadiran Polisi baik dalam perspektif komunikasi dan kehumasan menegaskan bahwa citra baik institusi tidak dibangun dari jargon, melainkan juga dari individu-individu di dalamnya. Polisi baik adalah mereka yang memahami bahwa kepercayaan lahir dari sikap humanis dan kedekatan emosional dengan rakyat.
Para polisi baik ini bisa menjadi cerminan institusi. Keberadaan mereka perlu didengungkan. Apalagi di era media social. Kehadiran dan kiprahnya di ruang digital bisa menjadi bibit yang menumbuhsuburkan citra positif sekaligus menuai kepercayaan masyarakat.